Filsuf hanya menaFsirkan
dunia, tetapi tujuan sesungguhnya adalah mengubah dunia
(Marx)
Setelah
kapitalisme Adam Smith dikritik (dan dibangun) oleh Ricardo, Malthus, dan Mill,
muncul lagi pengkritik yang lebih serius, yakni
Karl Marx.
Siapa Marx?
Seorang Marxis, John E Roemer, menyatakan perbedaan
utama antara Smith dan Marx dalam pernyataan berikut ini:
“Smith mengatakan bahwa usaha mengejar kepentingan diri
yang dilakukan individu akan menguntungkan semua orang, sedangkan Marx
mengatakan bahwa mengejar kepentingan diri akan mengakibatkan anarki, krisis,
dan hancurnya system berbasis hak milik itu sendiri… Smith berbicara tentang
“tangan gaib” yang membimbing agen kepentingan diri individual untuk melakukan
tindakan yang akan oprimal secara sosial, meskipun mereka sendiri tidak begitu
peduli pada akibat dari tindakan itu; sedangkan Marx berbicara mengenai “tangan
besi kompetisi” yang menghencurkan buruh dan membuat keadaan mereka bertambah
buruk ketimbang jika mereka berada di dalam system lainnya, yakni system yang
didasarkan pada hak milik sosial” (Roemer, 1988: 2-3).
Siapa filsuf
Jerman ini?
Karl Heinrich Marx lahir pada 5
Mei 1818 di kota Trier, Provinsi Rhine, Prussia. Trier adalah kota tertua di Jerman.
Sejak buaian sampai liang lahat,
hidup Marx penuh kontradiksi.
Dia menentang borjuis picik,
tetapi dia dibesarkan dalam keluarga borjuis. Dia menjalani kehidupan dewasanya
dalam kemiskinan selama bertahun-tahun, tetapi dia dilahirkan dalam keluarga
yang cukup kaya. Dia memuji teknologi kaptalisme dan kemajuan material, tetapi
dia mengutuk masyarakat kapitalis. Dia sangat bersimpati pada pekerja, tetapi dia sendiri tak pernah punya
kerja tetap atau mengunjungi pabrik selama kehidupan dewasanya. Sampai-sampai
ibunya mengeluh, “mudah-mudahan Marx bisa menghasilkan capital daripada sekadar
menulis tentang capital” (Padover, 1978: 344)
Marx
bersifat anti-smith tetapi dia sebenarnya keturunan Yahudi dari kedua belah
pihak keluarganya. Dia menyukai anak-anaknya tetapi dia juga menyaksikan
anak-anaknya mati premature karena kurang gizi dan sakit atau karena terpaksa
bunuh diri. Marx melancarkan protes terhadap
kejahatan eksploitas dalam system kapitalis, namun (menurut penulis
biografinya)”dia mengeksploitasi semua orang di sekelilingnya –istrinya,
anaknya, pelayannya, dan kawan-kawannya—dengan kasar dan ini sangat mengerikan
karena dilakukan dengan sengaja dan penuh perhitungan. (Payne, 1968: 12).
Ringkasnya
Marx menjelaskan tentang kontradiksi internal dalam system kapitalisme, tetapi
dia sendiri juga penuh kontradiksi di dalam dirinya.
Memahami Dialektika Marx
Dalam Capital yang dIpublikasikan pada 1867,
Karl Marx memperkenalkan model alternatif untuk ekonomi klasik Adam Smith.
Sistem ini dimaksudkan untuk menunjukkan secara “ilmiah” bahwa system
kapitalisme mengandung cacat fatal, yakni hanya menguntungkan pemilik modal
(kapitalis) dan bisnis besar dengan mengeksploitasi buruh, dan kapitalisme akan
mengalami krisis yang pada akhirnya akan menghancurkan dirinya sendiri.
Mari kita pelajari apa maunya Karl Marx
Marx
sangat dipengaruhi oleh George Wilhelm Hegel (1770-1831) dalam mengembangkan
proses dterminisme ekonominya. Tesis dasar Hegel adalah “kontradiksi (di alam)
adalah akar dari semua gerak dan kehidupan”. Hegel mendeskripsikan kontradiksi
ini dalam istilah dialektika, kekuatan
yang saling bertentangan yang pada akhirnya melahirkan kekuatan baru. “Tesis”
yang mapan akan menimbulkan “antithesis” sebagai lawannya, yang pada gilirannya
akan menciptakan “sintesis” baru. Sintesis baru ini menjadi “tesis” da
prosesnya akan dimulai lagi dari awal di sepenjang perjalanan peradaban.
Marx
kemudian menerapkan model dialektika ini untuk pandangannya tentang sejarah
yang bersifat deterministik.
Menurut teori ini, perbudakan dilihat sebagai alat
utama dari produksi atau tesis pada zaman Yunai Romawi kuno. Feodalisme menjadi
antithesis utama di abad pertengahan. Sintesisnya menjadi kapitalisme yang akan
menjadi tesis baru setelah pencerahan. Tetapi kapitalisme menghadapi
antitesisnya sendiri –ancaman dari sosialisme. PAda akhirnya, pertentangan ini
akan menghasilkan system produksi tertinggi, yakni komunisme.
Pada titik ini Marx adalah seorang
optimis, dia sangat percaya bahwa semua sejarah akan mengarah ke bentuk
masyarakat yang lebih tinggi, yang berpuncak pada komunisme.
Mari kita lihat apa
yang dituliskan Marx pada buku Manifesto Komunis. Marx menyatakan bahwa
kapitalisme merupakan sintesis dari era perbudakan dan feodalisme, sebagai
sintesis kapitalisme tentu memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
tesis dan antitesisnya. Marx menuliskan beberapa perbandingan antara
tesis-antitesis dan sinetsisnya:
-
Di bawah kapitalisme, kekuasaan bebas setiap
pribadi atas hak milik bisa berkembang, berbeda dengan pada saat feodalisme
yang hanya member kebebasan memiliki pada kaum ningrat
-
Pekerjaan, mesti sikapnya upahan, menjadi bebas
(tanpa kerja paksa), seperti diberlakukan pada zaman sebelumnya
-
Di zaman feudal, produksi hanya demi konsumsi
(misalnya asal rakyat sudah member upeti cukup buat kaum ningrat maka tak ada
gunanya lagi berproduksi), di bawah kapitalisme, produksi barang dagangan
mencapai kemajuan besar dan bersifat universal, karena produksi diadakan demi
pasaran dan dengan tujuan mencapai untung.
Namun setiap tesis memiliki
kelemahan yang mengundang lahirnya antithesis baru, demikian pun ketika
kapitalisme sebagai sintesis menjelma menjadi tesis. Kapitalisme memiliki
beberapa kelamahan yang “mengundang” lahirnya tesis baru, yaitu sosialisme yang
kemudian “digiring” Marx dalam melahirkan “komunisme”. Apakah kelamahan
kapitalisme:
-
Lapisan tengah yang tidak memiliki modal seperti
kaum tani dan borjuasi kecil makin lama makin menghilang, dan masyarakat
akhirnya terbagi menjadi dua kutub: (1)
kaum kapitalis (pemilik modal) dan (2) kaum proletariat.
-
Karena persaingan antar kaum kapitalis, masing-masing
kapiralis berjuang mati-matian untuk mengeruk keuntungan sebanyak mungkin.
Salah satu cara mendapatkan keuntungan adalah dengan menghisap kerja dari kaum
buruh.
-
Situasi ini membuat kaum proletariat semakin
menyadari nasibnya, dank arena ada banyak kaum proletariat maka mereka bersatu
untuk melakukan revolusi terhadap kaum kapitalis. Dengan revolusinya, kaum
proletariat mencopot hak milik kaum kapitalis
atas alat produksi dan menyerahkannya kepada seluruh masyarakat. Mereka
merebut kekuasaan dan menciptakan diktatur proletariat. Inilah tahap Antitesis.
-
Namun ini tahap sementara, sejauh masih ada
kekhawatiran terhadap bahaya sisa-sisa kapitalisme. Kalau bahaya itu sudah
hilang, diktatur proletariat akan hilang dengan sendirinya. Dalam keadaan demikian
mereka akan menciptakan system yang meniadakan system kapitalisme dengan
menghapus system kelas. Inilah Sintesa yang melahirkan komunimse.
Memahami Keuntungan Kapitalis
Hakekat ekonomi kapitalisme,
menurut Marx, adalah memburu profit sebanyak-banyaknya.
Profit itu tentu tidak diperoleh
karena pertukaran yang manusiawi. Dalam pertukaran manusiawi, si A dan si B
saling memberikan apa yang dibutuhkan keduanya, tapi dalam nilai yang sama, Di
sini tidak terjadi profit, karena si An menerima sesuatu yang bernilai sama
dengan apa yang diberikannya kepada si B, demikian pun sebaliknya. Sementara
dalam kapitalisme, pihak pemilik modal selalu menerima lebih banyak dari apa
yang dimilikinya semula. Pihak kapitalis menerima profit dalam proses
tukar-menukarnya.
Darimana mereka memperoleh
keuntungan itu?
Pada titik ini Marx mengajukan
teori tentang nilai lebih
Nilai lebih adalah nilai yang
diberikan secara terpaksa oleh buruh melampaui apa yang defacto ia butuhkan.
Misalnya seperti ini:
-
Seorang buruh membutuhkan uang Rp. 1000 dalam
sehari hidupnya dan keluarganya menurut standar sosial normal di kotanya
-
Ia menawarkan (sebenarnya menjual) tenaganya di
pasaran. Seorang kapitalis yang membutuhkannya, menggunakannya ( sebenarnya
membeli) buruh tersebut dengan upah (atau harga) Rp. 10000,- per hari.
-
Di pabrik sang kapitalis, si buruh harus bekerja
8 jam untuk uang Rp. 1000,- yang diterimanya itu. Walaupun setelah bekerja 4
jam, buruh itu sebenarnya sudah menghasilkan pekerjaan yang harganya Rp. 1000.
Jadi bila diukur dari proses pertukaran normal. Uang yang diterima buruh dalam
sehari (yakni Rp. 1000) sudah terbayar lunas dengan bekerja 4 jam saja. Dengan
kata lain, waktu kerja yang dibutuhkan (necessary labour time) untuk
uang Rp. 1000,- itu sebenarnya hanya 4 jam.
-
Tapi karena buruh sudah menjual tenaganya maka
ia harus bekerja sesuai dengan ketentuan. Ia terpaksa bekerja 4 jam lagi. Dari
4 jam kerja buruh (surplus labour
time) inilah ia menghasilkan Rp. 1000,- yang diberikan secara cuma-cuma kepada kapitalis.
-
JADI, kapitalisme mendapat keuntungan dari
surplus waktu kerja buruh yang sengaja tidak dibayar atau dicuri. Marx
menyebutnya penghisapan atas kerja buruh demi keuntungan pemilik modal.
Teori ini kerap disebut sebagai
teori nilai surplus. Marx di atas telah
menyatakan bahwa kapitalis dan pemilik tanah adalah pihak yang sengaja
mengeksploitasi pekerja. Jika semua
nilai adalah produk dari tenaga kerja, maka semua profit yang diterima oleh
kapitalis dan pemilik tanah pastilah merupakan “nilai surplus”, yang diambil
secara tidak adil dari pendapatan kelas pekerja. Marx lalu mengembangkan rumus
matematika untuk teori nilai surplusnya ini. Tingkat profit (p) atau
ekspolitasi adalah sama dengan nilai surplus (s) dibagi dengan nilai
produk akhir (r). Jadi
p = s/r
Misalnya, andaikan pabrik pakaian
mempekerjakan buruh untuk membuat baju. Kapitalis menjual baju seharga $ 100
satu buah, tetapi ongkos tenaga kerja adalah $ 70 per baju. Maka nilai
surplusnya adalah $ 30. Karena itu tingkat profit atau eksploitasinya adalah:
P= 4 30/100 = 0,03 atau 30 %
Marx membagi nilai produk akhir menjadi dua
buahbentuk capital (modal), yakni capital konstan © dan capital variable (V).
Kapital konstan merepresentasikan pabrik dan peralatan. Kapital variable adalah
biaya tenaga kerja. Jadi persamaan untuk tingkat profit menjadi:
P= s/(v+c)
Marx berpendapat bahwa profit dan
eksploitasi dapat dinaikkan dengan memperpanjang hari kerja dan memperkerjakan
perempuan dan anak-anakn dengan upah lebih rendah daripada buruh lelaki. Lebih jauh
, mesin dan kemajuan teknologi hanya menguntungkan kapitalis, bukan buruhnya.
Misalnya kemudahan bekerja dengan mesin akan membuat digunakannya buruh wanita
dan anak-anak yang dapat dibayar dengan harga murah.
Sebagai refleksi dapat kita
katakana, pada setiap barang yang kita
kenakan terdapat keringat buruh yang terhisap. Untuk itu mari kita baca tulisan
Horkheimer berikut ini:
“Siapa mengeluh tentang
penderitaan? Kau dan aku? Kitalah pemakan daging manusia, yang sambat dagingnya
tidak lezat dan membukin perut kita mulas tidak puas. Tidak, tidak, malah lebih
jahanam lagi: kau bergelimang dalam ketenteraman dan kelimpahan, dan ini harus
dibayar oleh sesame yang mati lemas, berdarah serta keroncongan perutnya,
sementara itu kita hanya merenung tentang nasib yang menimpa orang-orang
seperti Katherina Krammer [buruh wanita yang tak bisa bekerja karena ayan, Bq].
Kau berguling di kasur empuk, kau
berbusana indah. NAmun kau tidak tahu berapa banyak buruh wanita jatuh
dalam proses produksi buat kasur dan busanamu. Sesama kita hangus karena gas
racun sehingga bapakmu dapat mengeruk uang untuk mengongkosi tirahmu. Dan kau
sendiri berang-berang marah jika kau tidak bisa santai dengan Dostoyevski dua
halaman sehari. Kitalah si buas, namun kita kurang disiksa. Kita memang konyol.
Kita bagaikan tukang bantai di pejagalan binatang, yang menggerutu bahwa lap
putih penutup badan kita kecipratan darah”. ( Zoltan Tar The Frankfurt
School, The Critical Theories of Max
Horkheimer and Theodor W. Adorno 1977: 10).
Teori tentang Krisis Ekonomi
Dalam usaha kapitalis memperluas kuasanya atas pasar,
kapitalis biasanya akan menurunkan harga. Namun untuk mempertahankan untung
sebagaimana sebelumnya, mau tidak mau produksi harus diperluas, sebab untung
yang didapat dari masing-masing barang berkurang maka jumlah satuan harus
diperlbesar. Akibatnya, produksi melampaui daya tamping pasar. Terjadilah
krisis produksi, si kapitalis terpaksa tidak bisa menjual produksinya lagi,
maka ia mengurangi produksinya.
Tindakan pengurangan produksi ini mau tak mau harus
dibarengi dengan pengurangan buruh-buruhnya. Orang banyak yang menganggur lagu,
akibatnya daya beli pasar makin berkurang lagi. Meski daya beli sangay menurun,
si kapitalis yang masih ada harus tetap memperbesar produksinya untuk
mempertahankan profitnya meski menjualnya dengan harga murah. Krisis produksi
makin menjadi-jadi.
Nampaklah bahwa bentuk produksi kapitalis telah
menjadi belenggu yang menahan laju produksi. Belenggu yang kemudian menjadi
peletup revolusi.
Teori
Nilai Tukar
Kapitalisme
berjalan berdasar nilai tukar. Kapitalisme menganggap semua barang
sebagai komoditi, artinya barang bernilai hanya sejauh ia mempunyai nilai tukar
dan dapat ditukarkan dalam tindakan tukar-menukar. Ukuran untuk menentukan
nilai suatu komoditi, bukan lagi kekhasan kerja manusiawi di dalamnya melainkan
jumlah waktu yang dibutuhkan.
Sebelum memahami nilai tukar, kita perbandingkan dulu
dengan nilai pakai. Nilai pakai
adalah nilai yang khas pada sesuatu
benda, yang tak bisa ditukar begitu saja. Masing-masing benda mempunyai guna
(tingkat keterpakaian) sendiri-sendiri.
Memandang suatu meja yang terbuat dari kayu dari segi
nilai pakai, kita akan mengatakan bahwa meja itu tetap meja. Meja itu berbeda
dengan taplak misalnya karena memiliki nilai pakai yang khas pada dirinya
masing-masing. Namun dalam perspektif nilai tukar, meja itu bukanlah meja lagi
melainkan bisa dianggap sama dengan taplak. Sebab kerja manusiawi tidak diukur pada dirinya sendiri,
melainkan diukur oleh ukuran yang sama, yakni waktu yang dicurahkan untuk
mengerjakan sesuatu.
Dalam istilah Marx, waktu yang dibutuhkan untuk
menentukan hasil suatu pekerjaan bukanlah waktu individual melainkan “waktu
kerja sosial yang perlu” untuk pekerjaan
tersebut. Misalnya si A tidak bisa menjual barangnya seharga Rp. 100,0 meski ia
yakin bahwa waktu kerja yang diluangkannya untuk barang itu senilai dengan Rp.
100,- Harga barang si A itu bisa saja turun menjadi Rp. 50,- karena menurut
patokan umum yang berlaku biasanya untuk membuat barang yang serupa dengan
barang si A hanya dibutuhkan waktu yang senilai dengan Rp. 50,-. Jadi “waktu
kerja sosial yang perlu” adalah waktu rata-rata yang diperlukan dalam suatu
masyarakat, dengan kepandaian tertentu untuk membuat barang yang tertentu pula.
Di sini terlihatlah unsur ketakdilan kapitalisme.
Yakni pada saat menentukan nilai tukar tidak berdasarkan jumlah waktu kerja de
facto yang dibutuhkan individu dalam membuat suatu barang, melainkan oleh waktu
kerja berdasarkan tingkat teknologi suatu masyarakat yang rata-rata diperlukan
untuk membuang barang yang sama. Lebih dari itu, menurut Marx, yang diukur
dengan nilai tukar tidak hanya barang melainkan juga tenaga kerja manusia.
Nilai tenaga kerja adalah nilai atau harga makanan, tempat tinggal dan
kebutuhan hodup lainnya dari buruh sendiri (beserta keluarganya) diukur dari
tingkat sosial dan cultural masyarakat tertentu.
Teori
Nexus Uang
Ide lain dari Marx yang berguna
bagi ekonomi terdapat pada Bab 3 buku Capital. Pada bab itu ia mengawali dengan
diskusi mengenai barter antara dua comodiyas, C dan C’. Pertukaran itu terjadi
sebagai berikut:
C—C’
Ketika uang
diperkenalkan, hubungannya berubah menjadi:
C-M-C’
Di sini uang merepresentasikan
medium pertukaran anatra dua komoditas. Normalnya, dalam proses produksi dari
bahan baku menjadi produk akhir, uang dipertukarkan beberapa kali. Fokus dari
system kapitalis adalah pada produksi barang dan jasa yang bermanfaat, dan uang
hany a sebagai medium pertukaran –cara untuk mencapai tujuan.
Tetapi Marx menunjukkan bahwa sangat mudah bagi
kapitalis uang untuk memulai memandang dunia secara berbeda and lebih sempit,
hanya dari sudut pandang “mencari uang” ketimbang “memanfaatkan barang dan
jasa”. Marx merepresentasikan cara berpikir
bisnis baru ini sebagai berikut:
M-C-M’
Dengan kata lain, pengusaha menggunakan uang untuk
menghasilkan komoditas C, yang pada gilirannya dijual untuk mendapatkan lebih
banyak uang M’. Dengan memfokuskan pada uyang sebagai awal dan akhir aktivitas
mereka, maka sangat mudah untuk kehilangan dasar tujuan aktivitas ekonomi
(menghasilkan dan mempertukarakan barang). Tujuannya bukan lagi C, tetapi M.
Terakhir, system pasar maju
selangkah lebih jauh untuk menunjukkan di mana komoditas (barang dan jasa) tidak ada sama sekali.
Proses pertukarannya menjadi
M—M’
Tahap akhir ini mencerminkan pasar capital atau
financial, seperti pasar uang dan sekuraitas (Saham dan obligasi). Kini, mudah
bagi kapitalisme komoditas untuk menjadi kapitalisme financial murni, yang tercerabut
dari akar produksi komoditas. Dalam lingkungan ini, orang-orang bisnis sering
kali melupakan tujuan system ekonomi (memproduksi barang dan jasa) dan
berkonsentrasi hanya pada “mendapatkan uang”, entah itu melalui judi, teknik
perdagangan jangka pendek, atau sekadar mendapat uang dari bunga bang
(T-bills). Tujuan dari pencarian uang peling baik dicapai dengan menyediakan
barang dan jasa yang berguna.
Di sini kita bisa melihat
bagaimana kultur kapitallis dapat menghilangkan tujuan dasar ekonomi dan rasa
kebersamaan (sense of community). Tendensi untuk menjauh dari tujuan aktivitas
ekonomi merupakan tantangan bagi para pengusaha, inverstor, dan warga Negara
untuk kembali ke tujuan dasarnya.
Khatimah
Bila
Anda bertemu dengan Marx pada saat empat tahun pertama di London, saat ia
pertama kali akan memulai tulisannya mengenai Das capital, Anda akan menemukan
gambaran dari PAdover (1978: 291-293) ini:
Marx
tingginya sedang, 34 tahun; meski relative muda, rambutnya sudah beruban;
sosoknya tampak kuat… matanya yang besar dan tajam seperti mengandung kekuatan
jahat. Pada pandangan sekilas kita bisa melihat dia adalah lelaki yang jenius
dan penuh semangat.
Kehidupan
pribadinya tidak teratur, sinis, miskin; dia benar-benar seperti seorang gypsi.
Dia jarang mandi, merawat diri, berganti pakaian; dia sering mabuk. Dia sering
bermalas-malasan seharian, tetapi jika dia ada pekerjaan dia akan bekerja
sehari-semalam… bahkan dia sering bergadang semalaman.
Marx
tinggal di tempat paling buruk dan termurah di London… perabotannya rusak,
kotor dan acak-acakan; segala sesuatu diselimuti debu tebal; semuanya
berantakan. SAat orang masuk ke kamar Marx, mata akan terasa perih oleh asap
batu bara dan tembakau sehingga begitu masuk dia harus meraba-raba dulu…
semuanya kotor penuh debu… tetapi semua tidak membuat Marx dan istrinya merasa
malu.
Kesaksian ini ditulis pada tahun 1853, ia mendapat
warisan dari keluarga istrinya dan mendapat sumbangan dari Engels (sahabatnya).
Saat itu dia mengadu nasib di pasar saham, berspekulasi pada saham Amerika dan
Inggris dan mendapat keuntungan yang cukup. Ia pun menulis pada Engels pada
tahun 1964, “Sudah tiba saatnya ketika dengan kecerdasan dan sedikit uang orang
bisa mengeruk keuntungan besar di London”.
Marx menulis buku Capital pada umurnya
yang ke-49. Setelah itu, 1860-an, dia
menerima hadiah natal sebuah patung Dewa Zeus yang sangat besar. Patung ini
disimpan di ruang baca, dan sejak saat itu ia
mengagumi wajah Zeus yang penuh dengan janggot dan kumis. Maka ia pun
berhenti mencukur rambut dan membuarkan jenggotnya tumbuh sampai berbentuk
seperti Zeus. Dia menggambarkan dirinya sebagai dewa semesta, yang melemparkan
petir ke bumi, seperti salah satu surat Marx pada Jenny, istrinya, “ Jenny,
jika kita bisa menyatukan jiwa kita maka akan kulemparkan sarung tanganku ke
wajah dunia, lalu aku akan melangkah di atas rongsokan itu sebagai pencipta!
Narx meninggal pada 17 Maert 1883
dalam keadaan duduk di kursinya. Tak ada surat wasiat selain karyanya yang
jumawa. Ia juga pernah menulis naskah drama pada tahun 1839 Qulanem,
pada karya itu kita mungkin bisa mengenang pemikirannya yang unik:
Hancur-hancur! Waktuku telah
berlalu
Jam telah berhenti, rumah orang
kerdul telah hancur
Tak lama lagi aku akan memeluk
kebadian, dan
Tak lama lagi aku akan mengutuk
keras umat manusia
….
….
Dan dunia menyeret kita
berputar-putar
Menyanikan lagu kematian, dan
kita—
Kita adalah kera dari Tuhan
yang dingin
1 komentar:
Best 10 Casinos Near Philadelphia in 2021 - Mapyro
Find Casinos Near Philadelphia in 2021 - We have tested 33 casinos and found 원주 출장안마 the closest 여주 출장안마 casinos to them. Mapyro is your place to 안산 출장안마 check if you 안산 출장안마 have any 문경 출장안마
Posting Komentar